05 November 2009

hanya menulis

Saya tidak menilai secara subjektif atau objektif bahkan sebenarnya tidak begitu mengerti arti dari penilaian seperti itu.
Ini hanya apa yang ada di kepala saya.

Kadang saya bingung dengan orang-orang yang mengeluh atas segala kewajibannya, merasa teraniaya atau apalah namanya karna pekerjaan yang seharusnya
memang dia kerjakan! Marah akibat kewajibannya? Tapi dia akan mati-matian mendapatkan haknya, hampir tidak ada kata 'ah' untuk memperjuangkan haknya?
Setau saya dari saya sekolah dasar hingga sekarang, hak dan kewajiban adalah seimbang adanya, apa saya salah? Atau memang dunia sudah menuntut itu?

Bolehkan kita mengeluh? Tentu sangat boleh sangat diizinkan.. Tidak ada manusia yang sempurna bukan?
Tapi mengeluh setiap saat atas segala yang dia dapat apa itu masih diizinkan? Padahal banyak orang yang menganggap keluhan keluhan dia
Adalah sebagian mimpi bagi orang yang tidak punya?

Berpendapat memang hak semua orang, begitu juga berkomentar atas diri seseorang itu adalah hak setiap manusia.
Manusia di ciptakan sempurna oleh Tuhan daripada makhluk lainnya. Apakah adil jika memberi satu anggapan tentang seseorang
Hanya karena tingkah luar atau fisiknya saja? Sebegitu piciknya manusia beranggapan dengan mudahnya menanggapi manusia lainnya.
Bukannya setiap manusia itu punya hati?

Uang adalah kebutuhan manusia, tapi menganggap uang adalah raja dari roda kehidupan apakah itu di benarkan?
Uang bisa di dapat dengan mudahnya untuk sebagian orang tapi juga bisa di dapat dengan susah payah untuk sebagian orang.

Bersyukur,hal yang selalu di ingat tapi juga hal yang selalu di lupakan. Begitu gampangnya orang melihat ke atas dan lagi-lagi
Mengeluh karna kepunyaannya.

Hidup ini bukannya banyak arti? bukan hanya soal cinta, saya dan sebagian orang mungkin sadar tidak bisa hidup tanpa cinta?
Cinta harusnya bersifat universal kalau saya tidak salah? Cinta tidak hanya untuk kekasih dan bisa menjadi setengah gila karna hal itu.
Orang tua, teman,guru, binatang dan alam juga butuh cinta setau saya.

Sahabat bisa menjadi malaikat tapi juga bisa menjadi setan, bisakah manusia memiliki sahabat yang tulus?

Privasi? Hal pribadi, wajarkah jika seseorang ingin memiliki itu tanpa ada campur tangan orang lain yang ingin tahu
Padahal memang tidak ada hubungannya.

Ketika mimpi,harapan dan kenyataan ada di depan mata apa yang harus di pilih?
Jika toleransi, simpati dan empati tidak ada lagi bahkan di lingkungan busuk sekalipun, apa yang akan di lakukan?
Dan jika manusia abad ini akan menjadi golongan manusia ternista di mata Tuhan, apa yang akan di banggakan?

Saya bertanya pada diri saya dan tidak satupun jawaban yang bisa saya temukan.
Bukan bearti saya manusia sok suci ataupun menggurui, saya akui saya pernah melakukan hal-hal tadi
Mengeluh, sombong, apapun itu yang sebaiknya tidak dilakukan.
Saya menulis untuk diri saya sendiri, bertanya pada Tuhan dan bertanya pada yang membaca ini.

Saya cuma manusia awam, maaf..