06 Oktober 2009

puncak rasa malam ini

Menikah di usia muda adalah impian saya semenjak kecil, menikah dengan orang yang berbeeda kebangsaan dengan saya? Itu bukan impian saya sama sekali.
Tidak pernah terbesit oleh saya akan menikah dengan orang berbeda kebangsaan dengan saya.

Sore itu, langitpun seolah mendukung rencana dia untuk melamar saya tidak dengan barang barang mewah juga tidak di tempat romantis layaknya film film.
Restoran mungil dan classic menjadi pilihan terbaik,dia memililh tempat yang sangat manis untuk mengungkapkan keinginannya.
'Dear,saya ingin menginginkan kamu lebih saya ingin menikahimu dan hidup selamanya dengan saya' tidak perlu waktu lama untuk dia mendapatkan jawaban dari saya. Sampailah di bulan itu kami menikah dengan adat saya.

Saya sudah tahu tentang pekerjaan dia yang tidak pernah menetap di sini, tapi untuk saya dan keluarga saya dia menetap di sini di Indonesia .saya hidup di di sebuah apartment mewah
Dengan segala kesiapan fasilitas yang mewah juga, saya mendapatkan apapun yang saya mau. Tapi tidak dengan kehadiran dia.
Pria saya yang kini telah menjadi suami saya memang sudah memutuskan unutk menetap disini tapi tidak dengan matanya entah mengapa perlakuannya terlalu berbeda.
Mata,kuping dan hati dia tidak bersama saya tidak di negara saya.sesekali waktu lowongnya memang dia serahkan penuh ke saya dan hanya untuk saya.
Tapi waktu dia yang lain hanya untuk pekerjaan dan negaranya saja, sayangnya waktu lain itu lebih banyak daripada waktu untuk saya.

Ketika saya membutuhkan orang untuk membelai lembut, saya gunakan tangan saya.
Ketika saya ingin berbincang bincang di meja makan, saya mengundang sahabat saya.
Ketika saya ingin meminta tolong untuk memasangkan lukisan di kamar pribadi saya, saya butuh bantuan dari orang lain.
Ketika saya ingin kedinginan, saya menyelimuti diri saya sendiri.

Saya tidak mau mengeluh karna saya tahu resiko yang harus dihadapi jika menikah dengannya, dia orang yang sibuk atas pekerjaannya dan saya sadari semua itu
Juga untuk saya dan kehidupan rumah tangga kami, saya sangat mempercayainya.

Saya hanya rindu, ya saya merindukan kehadiran bola matanya di depan saya, saya merindukan belaian dia, saya merindukan pembicaraan yang tidak penting dengan dia.
Saya hanya merindukannya malam ini. Sangat sangat merindukannya.
Perasaan yang ingin mengapainya malam ini sudah menjadi puncaknya. Semua rasa yang di miliki oleh saya bertabur padu di kepala saya.
Bahkan saya tidak tahu kalimat apa yang harus saya sebutkan, tidak tahu lagi media apa yang harus saya gunakan demi meluapkan rasa rindu itu.
Karena saya ingin keberadaannya disini di tempat tidur kami.
Saya kangen, saya rindu, saya sangat merindukannya.

Tuhan, jaga dia dan pulangkan dia kembali disini bersama saya.
Saya hanya merindukannya.